Kalimantan Timur, adalah sebuah provinsi yang tergolong masih relatif muda dalam pertumbuhannya. Namun, dalam sektor kepariwisataan, daerah ini sudah meraih kehormatan sebagai daerah tujuan wisata yang menjanjikan. Sebagai daerah tujuan wisata, Kalimantan Timur dikenal meiliki 150 obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Wisata alam dengan flora dan faunanya, potensi fisik alam dengan flora dan faunanya, potensi fisik alam yang masih asli, keunikan morfologi sungai-sungai dan riam-riam arus derasnya, serta wisata budaya dengan keragaman adat istiadat, seni, dan pola hidup suku Dayak yang meruapakan unsur budaya pedalaman.
Keluarga Dayak bercirikan daun telinga yang panjang, dihias dengan manik-manik sebagai antingnya. Dengan Bahasa Indonesia yang putus-putus, seorang pemuka masyarakat di sana mengatakan, desa Pampang berpenduduk 200 jiwa yang kesmuanya berasal dari suku Dayak Kenyah.
Rumah Adat
Lamin adat adalah sebuah balai pertemuan adat dengan gaya arsitektur khas daerah Kaltim. Lamin Adat digunakan untuk upacara adat suku Dayak Kenyah, berupa tari-tarian mulai dari menyambut tamu sampai upacara adat musim panen atau waktu menanam padi. Untuk memanggil penduduk, cukup dengan menabuh kentongan, mereka akan segera datang dengan pakaian lengkap adat Dayak.
Pesona Manik-manik
Penghasilan utama penduduk Dayak Kenyah umumnya dari hasil bercocok tanam padi, jagung dan umbi-umbian. Cara bertani mereka sangat sederhana, tidak mengenal pemupukan, irigasi, dan sebagainya. Mereka hanya mengandalkan kemampuan alam dalam menghidupi tanamannya. Panen padi hanya sekali dalam setahun. Setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah, mereka mengadakan upacara "ngungu Tahun", sebagai ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta.
Penghasilan lain, adalah menjual hasil kerajinan ukir-ukiran, manik-manik, topi, tas, baju, mandau dan senjata pernag lainnya. Pemerintah daerah yang telah melibatkan suku Dayak dalam bidang pariwisata, ternayat banyak membantu membantu mengangkat harkat kehidupan mereka. Pesona budaya Dayak, telah menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan mancanegara maupun lokal. Potensi wisata itu memberi nilai tersendiri bagi kehidupan mereka.
Jampau
Jampau adalah jenis makanan khas asli Dayak kenyah tempo dulu. "Sekarang makanan itu sudah sulit dicari, karena susah membuatnya dan perlu waktu lama. Singkong direndam dalam air sampai membusuk, kemudian, singkong yang sudah membusuk direndam beberapa hari. diperas hanya tertinggal tepung dengan aroma khas menyengat, lalu dikepal-kepal membentuk bulatan-bulatan terus disangrai. Untuk bisa mencicipi makanan Jampau harus memesannya terlebih dulu kepada ketua adat.
Burung Enggang | Sumber gambar: gosocio.co.id/ |
Burung Enggang adalah sejenis burung yang kuat untuk terbang jauh. Kehidupannya yang sering berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, menjadikan suatu perlambangan bagi kehidupan suku Dayak Kenyah. Bulunya dijadikan perhiasan untuk diikatkan di kepala, sebagai lambang keagungan. Antaa burung enggang dengan suku Dayak Kenyah terjalin hubungan spiritual yang sangat kental dan akrab sebagaimana tergambar pada budaya tarinya; Tari Burung Enggang.
Dalam gerak tari Burung Enggang yang sedang terbang dari suatu tempat ke tempat lain, ini menggambarkan suatu cerminan pada kehidupan suku Dayak Kenyah yang melakukan perpindahan dari Apo Kayan ke daerah Mahakam - Kabupaten Kutai, dan daerah Bulungan, dengan maksud mencari suatu tempat yang baik dan anam. Harapan mereka berpindah-pindah tempat, agar mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Para gadis suku Dayak Kenyah mendendangkan tari Datun Julut suatu tarian berbaris (julut) dengan gerak tangan yang lembut. Kepala para gadis penari, dihiasi dengan burung Enggang atau manuk uwek (Jawa). Mereka menari membentuk lingkaran dan aneka ragam gerak tangan dan kaki, diiringi musik Sampe oleh muda-mudi. Tarian ini merupakan suatu tarian kegembiraan para gadis suku Dayak Kenyah untuk memikat pemuda-pemuda dari suku yang sama. Di dalam tarian ini terlukiskan persatuan dan kesatuan dalam satu baris atau julut.
Suku Dayak Kenyah yang berada di Desa Pampang berasal dari Long Nawang Kabupaten Bulungan, di tapal batas Serawak-Malaysia. Kehiduapnnya seperti dilambangkan burung enggang yang selalu merantau berpindah-pindah tempat, sehingga sampai di Desa Pampang yang oleh pemerintah daerah setempat dijadikan taman budaya. Hal ini dimaksudkan oleh pemerintah sebagai pintu utama mengenal budaya suku Dayak Kenyah yang penghidupan kesehariannya masih sangat tradisional. Sekarang, sebagian dari mereka sudah berbaur dengan orang-orang di luar sukunya. Keadaan ini berpengaruh besar terhadap pola pikir dan pandangannya akan peradaban modern.