Ciri yang menonjol dari masyarakat Riau adalah pintar berpantun, tidak banyak basa-basi, ramah, dan taat beragama. Orang Riau juga amat bangga dengan makanan khas daerahnya. Apa saja yang populer?
Pedas-pedas Ikan dan Daging
Pepatah Melayu mengungkapkan, kecil telapak tangan, nyiru kami tadahkan, kecil lapak tangan, teteampah kami tadahkan. Itulah falsafah keakraban masyarakat Riau yang selalu terbuka bagi pendatang yang bermaksud baik. Falsafah ini termanifestasi dalam kehidupan masyarakat saat menyambut tamu, wisatawan, famili, handai taulan dengan khas Riau.
Berbagai jenis makanan khas daerah Riau seperti pindang ikan Belido atau ikan Slais dan gulai ikan Baung, daging kambing, sapi atau ayam bersantan lemak. Sempedas patin dan ikan sungai lainnya sukar dicari tandingannya. Masakan ikan pedas memakai tempoyak, yakni daging buah durian yang sudah masak dan difermentasi dengan garam, Selain itu masih ada tumis dan rendang, yang lezat rasanya. Aneka kue seperti lakse, roti jala, bahulu kamboja, halua telur, tepung gomak, kole-kole, epo-epo, dan masih banyak lagi.
Memilih nasi, orang Riau suka menghidangkan nasi berderai, karena dalam bersantap selalu disertai kuah bersantan. Sambal cencalo, sambal belacan tumis, sambal terong asam, atau sambal uleg mentah, hadir menemani ulam (lalap) raja pucuk gayus, putik bacang dan daun pegaga. Sebagai daerah kepulauan dan banyak sungai yang melintasinya, Riau merupakan sumber penghasil ikan. Bahan pangan bergizi ini diolah menjadi abon, serundeng, ikan asin, atau di sayur. Ikan yang banyak diolah masyarakat yaitu ikan patin. Ikan ini bisa mencapai berat 30 kilogram. Kepalanya menyerupai ikan lele, namun badannya pipih seperti kebanyakan ikan, berwarna putih kekuningan.
Salah satu rumah makan yang menyediakan khusu olahan ikan Patin Usaha Baru atau terkenal dengan sebutan Pondok Patin, Karena sudah kesohor kelezatannya, rumah makan ini sering dikunjungi para artis dan public figur jika sedang melawat ke kota sumber minyak ini. Bentuk rumah makan milik HM Yunus yang berdiri tahun 1987 ini bergaya tradisional khas Riau. Untuk acara pesta kecil atau pertemuan khusus, disediakan juga semacam "saung", berjumlah 6 buah dengan kapasitas 12-5 orang. Berada di Jln. Kaharudin Nasution No.1 Simpang Tiga Pekanbaru (8km), namun kesannya justru lebih tenang dan nyaman karena dari keramaian.
Bahkan ikan patinnya diperoleh dari kolam, sungai atau laut. Ikan patin yang berasal dari sungai (rengat, rokan, siak) rasanya relatif lebih manis, dan lebih disukai. Ikan patin diolah menjadi kepala patin asam pedas, ikan patin asam pedas/goreng/bakar, ikan patin goreng saus pedas/tahu tauco, ikan patin asam manis atau ikan patin masak angsio. Ada lauk yang pedas lagi dan patut dicoba jika melawat ke Pekanbaru, yaitu dendeng batoko. Resep khas yang rasanya enak dan lezat ini dapat dijumpai di rumah makan Sari Bunda 88, di jalan Gatot Subroto, Pekanbaru.
![]() |
Kue Bangkit |
Toko dan pusat-pusat belanja di bagian cemilan, nampak didominasi dengan olahan makanan tradisional, seperti kue bangkit, berbagai olahan dari singkong, dodol kedondong, aneka peyek, dan camilan lainnya, disamping produk olahan modern. Tidak sedikit anggota masyarakat Riau yang berusaha memproduksi makanan tradisional. Menu di restoran maupun di hotel-hotel pun dipastikan hampir selalu ada olahan tradisionalnya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Riau benar-benar bangga dan mencintai makanan khas daerahnya.
![]() |
Peyek |
Bentuk kue bangkit bermacam-macam dan ada 4 macam rasa, yaitu biasa, jeruk purut, kelapa, kacang. Bahan yang digunakan yaitu tepung tapioka, telur, santan, gula halus atau gula merah dan aroma. Sampai sekarang sudah lebih dari 50 toko atau swalayan bisa dimasuki oleh produk kue bangkit KUB ini. Sary kemasan yang berisi kurang lebih 40 kue, dijual dengan harga 2.750 rupiah. Jika sudah mencapai 3.500 rupiah. Dari usaha kue bangkit ini, anggota koperasi KUB Kue Bangkit bisa mengantongi penghasilan sekitar 150 ribu per bulan.
Berbeda dengan apa yang dilakukan Samirun, warga Jalan Lokomotif II No.13, Pekanbaru. Dalam seharinya ia menghabiskan 15 kilo tepung untuk melayani pesanan peyek dan keripik tempe buatannya. Lalu apa sebenarnya rahasia resep peyek yang dikemas dengan merek SS itu sehingga disukai masyarakat dan bisa dipasok ke lebih dari 30 swalayan dan toko-toko besar, seperti Metro dan Gelael di Pekanbaru? Kata pemiliknya, sebenarnya resep aneka peyek (kacang tanah, hijau, teri) dan keripik tempenya tidak berbeda dengan resep-resep di masayarakat. Namun ia lebih mengurangi penyedap rasa, dan memperbanyak gula.
Kelompok ibu-ibu dari Usaha pembinaan dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (UP2K) juga mengeluarkan produknya seperti rengginang ubi, lempo durian, dodol kedondong, dan emping melinjo. Produk UP2K ini juga bisa ditemukan di toko dan swalayan di kota Pekanbaru dengan kemasan yang cukup baik dan menarik.
Pilih-pilih Cendera mata
Untuk mendapatkan souvenir dan buah tangan asli Pekanbaru, dapat mengunjungi tempat belanja Yayasan Sempena Riau dan Sanggar Kerajinan Dharmawanita Riau di Jalan Sumatera, atau di Pasar Pusat, Bima Sakti Plaza, serta Ramnda Toserba di Jln Sudirman. Buah-buahan yang banyak ditemui di Pekanbaru adalah duku, durian, rambutan, kedondong, nanas, dan pisang. Namun di pasar-pasar tradisionalnya bisa juga ditemui apel, jeruk dan buah lain.
Masih ada beberapa olahan tradisional yang meruapakan produk impor dari "tetangga sebelah" (Padang, Medan). Padahal baik pengelola toko dan pengusaha makanan tradisional sudah sepakat bahwa lebih baik kalau di Pekanbaru, pangsa pasar aneka jajanan dan camilan sebaiknya dikuasai oleh produk lokal. Karena selain menguntungkan kedua belah pihak, juga akan memperkaya khasanah olahan tradisional Riau. Namun rasanya diperlukan pengusaha pelopor yang kuat modal dan ulet untuk memulai merebut pansa pasar aneka jajanan di kawasan Pekanbaru.
Jika musim durian tiba, di sebagian jalan-jalan dan di pasar-pasar tradisonal Pekanbaru, semarak dengan buah durian. Di sepanjang jalan Sudirman tersedia bangku dan meja, seperti layaknya sebuah warung makan. khusus untuk menyantap durian. Dan, buah durian di sini bisa juga dimakan dengan ketan. Setelah makan banyak buah durian, konon, mesti minum air putih yang ditaruh di kulit biji durian, agar perut tidak panas.
Penggemar barang-barang dan guci dari keramik bisa bermanja-manja di pasar bawah, Jln. Sariabas. Di sana bermacam-macam guci dan barang dari keramik, yang menurut penjualnya dari Singapura, dijual dengan harga cukup 'miring'.